Kamis, 10 September 2015

Hati Milik Siapa?

Oleh: Aisyah Asafid Abd
Perselisihan dalam kehidupan sudahlah biasa, dalam suatu pernikahan, persahabatan, bertetangga, dan segala kemasalahatan.
Adakalanya kita kerap bersenggolan hati yang pada akhirnya melukai hati. Biasanya yang kerja rodi adalah lidah tapi yang merasakan sakit kok hati ya. Aneh tapi nyata bukan? Pertanyaanya, dapatkah kita merasa sakit jika hati tak mengizinkannya?
Apa yang kita katakan tidaklah selalu baik dan diterima baik oleh hati orang lain. Terkadang niat baik tapi diartikan hati org lain berbalik.
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, ia berkata : “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda : “Kamu sekalian, satu sama lain Janganlah saling mendengki, saling menipu, saling membenci, saling menjauhi dan janganlah membeli barang yang sedang ditawar orang lain. Dan jadilah kamu sekalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim itu adalah saudara bagi muslim yang lain, maka tidak boleh menzhaliminya, menelantarkannya, mendustainya dan menghinakannya. Taqwa itu ada di sini (seraya menunjuk dada beliau tiga kali). Seseorang telah dikatakan berbuat jahat jika ia menghina saudaranya sesama muslim. Setiap muslim haram darahnya bagi muslim yang lain, demikian juga harta dan kehormatannya”.
[Muslim no. 2564]
Dari hadist diatas kita belajar dan tahu bahwa apa yang telah terjadi semua berpegang pada hati. Bisa dikatakan bersumber pada hati.
Bahkan saya pernah membaca bahwa kekuatan hati 1000 lebih besar dari kekuatan pikiran.
Bisa juga sikap atau tindakan seseorang kita artikan sebuah arogansi tidak sopan sehingga menyinggung perasaan. Semisal minggu lalu, saya berkomentar tentang PM (Profil Message). Saya berkomentar tentang PM teman saya yg sedang sakit.
Maksud hati menyampaikan jgn mengubar sakitnya karna di satu sisi itu merupakan kufur nikmat. Tapi dia tidak menerima ketika saya berkomentar. Ternyata dari sini menyimpulkan bahwa maksud hati yg baik tdk selalu sampai pada hati orang lain.
Karena pemberi hidayah hanya Allah. Bahkan hati pun milik-Nya. Lalu bagaimana ia merasa tersinggung? Bukankah Allah membolak balikan hati (mengubah-ubah perasaan). Lalu bagaimana dengan sikap saya, sebenarnya saya agak kesal karna ia tdk menerima (manusiawi kan :P) tapi alhamdulilah Allah anugerahkan Rahmat-Nya saya begitu sadar ada yang salah dalam diri saya. Saya langsung meminta maaf. Tapi tdk diblsfrown emoticon
Lanjut ketika bertemu hati ini begitu berat, dengan egonya saya berbicara dalam hati. Kamu salah apa? Km sdh minta maaf? Tp dia tdk bls? Itu urusan dia? Kicau hati dibisikin syaitan.
Tapi Allah maha baik, memberi hati yg baik. Sudahlah minta maaf saja secara langsung? Bisik dlm hati. Saya pun minta maaf kpd temanku. Menjabat tangannya "semoga dosa kita saling berguguran" ucapku.
Kalian tahu enggak ketika saya salaman dengan teman saya. Siapa yg nangis? Syaitan, dia nangis...karna misinya gagal. Hahahaha grin emoticon
Lalu tentang sikap, sahabatku bingung tentang sikap tetangganya yg mendiaminya selama 1 tahun. Selama ini ia tetap sabar menghadapi org yg sdh menyakitinya, mencaci makinya.
Ini memang ujian terberat apa yg tdk dilakukan semua dilimpahkan kepadanya (fitnah).
Sahabatku dituduh oleh Fulan (perempuan berjilbab panjang, agamis) bahwa ia telah menggangu suaminya.
Padahal menurut ukuran sahabat saya yang baru hijrah (Alhamdulilah semoga Allah menjaga hatinya) Ia merasa biasa saja menyapa suami si Fulan karna mereka bertetangga.
Ilmu dan kebiasaan yang membuat hati merangkum perbedaan. Sehingga menimbulkan perdebatan hati (syaitan meniupkan secara bersembunyi dalam hati).
Kenapa demikian, kenapa hati si Fulan tersebut diselipkan api cemburu? (Kinerja syaitan mba broo) ini lho!
Pertama, Saya ingin bertanya pada (Fulan) perempuan yang memang menjaga hijabnya, berjilbab panjang, bahkan kerap bercadar bagaimana perempuan tersebut bersikap pada lelaki yg bukan muhrim?
Kedua, sahabat saya perempuan yang tdk memakai jilbab saat itu, pergaulannya biasa saja, berbaur dengan siapa saja, bagaimana ia bersikap kpd lelaki yg bukan muhrim? Dan sahabatku belum tahu ilmunya (maklum baru hijrah)
Jawabanya kurang lebih seperti ini. Buat (Fulan) perempuan berjilbab dia akan memilih diam jika tdk ada yg penting di bicarakan. Lalu ketika dia merasa tertarik pd lelaki tersebut. Dia mungkin akan bertanya tentang kabar pekerjaan dll. Dan utk sahabat sy (yang baru hijrah) mungkin ia akan menanyai kabar pekerjaan lalu tertawa bersama adalah hal yg wajar. Bukan berarti menyukai.
Disinilah letak perbedaanya. Ini menunjukan ilmu yg berbeda itu akan membuat pemahaman yg berbeda.
Lalu kenapa ia selipkan kebencian sampai genap 1 tahun bahkan lebih? Karna apa? karna syaitan bekerja dan Maha pemilik hidayah hanya Allah, yang memberikan Rahmat hanya Allah. Yang membolak balikan hati hanya Allah. Apa kita berhak marah pada Allah? Apa yg sudah ditetapkan-Nya!
Sahabatku yg sholeha, apa nabi Yusuf AS mengeluh ketika dikhendaki Allah masuk penjara? Apa nabi Muhammad SAW diselipkan kemarahan ketika diancam dibunuh dan dilempar kotoran? Masya Allah, begitu indah Allah anugerahkan hati utk Yusuf AS dan Muhammad SAW.
Tulisan ini kubuat khusus untuk sahabatku yg sholeha yang berada di di Depok. Sahabatku, ternyata hati yang baik itu penting? Jangan pernah pikirkan kesalahan org lain. Tetap teguh dan istiqomah, selamat menunaikan ibadah puasa di thn kedua sahabatku. Semoga Allah menjagamu dalam keadaan apapun, sabar ikhlas. Semoga kita dipertemukan di surga Allah. Amiin Allahuma amiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Proofreading sebelum Menerbitkan Buku

  KBMN PGRI Gelombang 28 Pertemuan 12 Bapak Susanto yang ditemani dengan Ibu Helwiyah, Narasumber   mengatakan Publikasikan dan bukukanlah a...