Kamis, 30 Mei 2013

Hujan di Djakarta

 
 
 

AAA, 270513

Hujan di Djakarta laiknya musibah
Pelanginya selalu dipandang sebelah mata

Ia buta pada awan bak mawar putih itu, merekah!
Hanya menyisakan keluhnya pada panas

Hujan di Djakarta
Setiap orang menyalahkanmu
Setiap titik 'kan dihitung seberapa meterkah menenggelamkan rumahku,pungkas­nya.

Hujan di Djakarta
Nasibnya seperti kunang-kunang
Setelah lenyap akan dirindukan banyak orang
 
 

Aku Benci Lelaki Itu






Aku menaruh benci pada mata lelaki itu.
Matanya kerap mengandung air, ibarat pecundang.

Bukankah ia sebenarnya kupu-kupu itu. 

Yang biasa orang katakan pada perempuan.

Aku benci lelaki itu, kepalanya selalu ditundukan ke tanah. 

Bukankah mimpi itu terletak pada langit-langit.

Aku benci pada lelaki itu, 

yang menggenggam kebebasan pada tangannya.

Wahai lelaki, Aku yang tertindih pada kenyatan, dan aku tak kuat menahannya. 

Kenapa kau tampak seperti kecoak bukan kupu-kupu!

AAA, 270513

Lalu lintas Kehidupan




29-05-13

Aku mengendarai jiwa yang sudah ditetapkan. Awalnya, tangisku pun pecah karna gamang. Hanya meminum air susu dari selang ibu menjadi tenang. Dan, sekarang pun aku bisa melintas jalan kehidupan dengan cepat landas. Sesekali aku bisa menyelinap dari lubang kenistaan dan berhasil, tapi ada saja waktunya aku tak bisa berkutik pada kenistaan itu.

Sesekali melihat samping kiri dan kanan melihat ragam jiwa. Terlintas benakku pada yang lalu. Kadang membuat tersenyum, kadang sesak karna begitu perih. Celakanya aku sama seperti jiwa yang lain. Kerap melihat ke belakang tanpa menjumpai cermin. Meragukan cermin adalah menemui sejengkal kematian.

Hanya saja, Tuhan berpihak denganku meski hampir mati tapi Ia tak berkhendak aku mati hanya karna masa lalu.

Setelahnya aku kembali jalan dengan segerombolan jiwa-jiwa yang tak kukenal. Dengan sebuah harapan yang melilit pada hati. Ada kalanya aku dibelakang, ada kalanya aku didepan dan hap! Aku menemui perbatasan yg tak pernah kuminta, dan Tuhan menginginkan aku berhenti tidak melebihi batas itu. Tapi ada saja jiwajiwa yang dibelakang, menginginkanku 'tuk melebihi batas, menerobos plang pembatas antara kesucian dan kenistaan, antara kebenaran dan kebohongan.

Keindahan memang tidak selalu memihak kesucian dan kebenaran. Tapi hakikatnya keindahan terletak pada kesucian dan kebenaran.

Perjalanan panjang memang begitu melelahkan adakalanya seseorang lupa memberi tanda ingin ke kiri, dan aku tetap dengan kecepatan menuju-Nya tanpa ke kiri dan kanan. Lalu, hampir saja aku menubruk jiwa yg ke kiri karna ia lupa memberi tanda. Semua itu adalah kesalahpahaman yg tak berarti.

Hakikatnya Tuhan bukan hanya pada jalan lurus tapi memang dia ada dimana-mana ketika berbalik ke belakang pun kita menemui Tuhan.

Kamis, 09 Mei 2013

Tanya

Pukulan pada gumpalan berkecambuk tak berderai dan masih...

Bunyinya berirama sengit...

Aku; maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang masih juga kau dustakan?

Ya Rahman, pemabuk itu katakan anggur adalah penolong jiwanya. Aku, tidaak!
Aku; mana nikmat Tuhan yang manakah yang masih kau dustakan?

Tuhan, malam-Mu ini sepi mengukir panas aku rindu kipas rotan emakku. Tuhan, dengarlah kepiluan sampai berirama bak lagu..
Lagu kerinduan anak di perantauan adalah menyesak..

Tuhan,aku ingin berpuisi..
Adukan piluku yang masai..
Ya Rahman aku ingin mereka membaca ini, melihatku teriak maka nikmat tuhanmu yg manakah yang masih kau dustakan. Tanyaku sendu pada sendiri..



5052013

Lembayung

Lelaki itu menorehkan senyum sedikit memaksa.
dan kulihat ada lembayung menjelang magrib pada wajahnya

Tak dapat ditebak kapan datangnya
Dan
Malam itu aku bermimpi lembayung datang tanpa diminta
Ia ayuhkan sepeda ontel jaman dulu dengan kuat
Aku duduk dibelakang lembayung itu

Aku heran, kenapa bisa aku sedemikian rupa gembira?

Padahal aku baru menemuinya sekali saja.
Hanya saja ia selalu tampakan senyumnya ibarat lembayung..

Ya aku menganggapnya biasa karna seingatku, ibu pernah bilang lembayung membuat manusia sakit
Tapi kenapa aku sedemikian gembira dengannya?
Kata yang ku ingat adalah kesederhaan dan kudengar sebelum ku penggal jiwaku dalam tidurku
Ah hanya mimpi, siapakah lembayung itu
Ya, kamu lembayung itu


060513

Tuhan aku ingin menangis


Tuhan, Engkau ingin aku keluar tanpa kaca mata hitamku juga tanpa hujan-Mu

Baiklah, jangan biarkan sabitan terus menerus memukulku hingga memar, panas.

Aku takut air keluar pada sudut wajahku menggenang dan tak tertahankan. Jika Engkau mau, turunkanlah hujan-Mu.

Tuhan, Engkau benar meminta air ini pada bumi yang panas. Pada bertenggernya matahari. Kau tetap mau air ini. Baiklah, jika kau tak turunkan hujan-Mu. Beri aku tempat persembunyian, dimana orang tak mengenaliku.
Tuhan, aku ingin menangis.

070513

Dasarnya Serigala

Oleh : Aisyah Asafid Abdullah















Kaulah, ya Tuhan, yang menciptakan bintang diantara serigala malam
Menciptakan kerinduan yang lama terpejam

Tengah malam ia melolong dengan sendunya merindukan bintang terjatuh ke bumi
Dalam penantian kepalanya selalu merunduk diam tak gamang

Dasarnya serigala tak dapat dipercaya 

Ia mengintip dibalik semak belular, menatap bintang yang sesekali berkelip-kelip menggoda

Jatuh bintang adalah harapan dan doa
Lalu, Tuhan jatuhkan bintang itu
Dasarnya serigala bintang didekatnya dianggap tak ada

Dasarnya serigala selalu saja mengintip bintang dibalik semak itu
dan tetap selamnya seperti itu meski bintang Tuhan didekatnya.
Ia selalu merindukan bintang yang menggoda dengan kerlipnya. Dasarnya serigala!


080513
 

Proofreading sebelum Menerbitkan Buku

  KBMN PGRI Gelombang 28 Pertemuan 12 Bapak Susanto yang ditemani dengan Ibu Helwiyah, Narasumber   mengatakan Publikasikan dan bukukanlah a...